Rabu, 26 September 2018

Catatan untuk Ibu Part-1, Perjuangan Ibu untuk Sehat Kembali !


1 September 2018

“Bulik...Mbah Putri sesak lagi...!”, wa dari mbak indi ponakan saya dirumah, masuk di waktu isya’ ketika saya sedang diluar bersama para tamu dikegiatan yang sedang kami urus.  Kepanikan indi melihat kondisi mbah putri.

Bersama sahabat saya yang dokter kami langsung meluncur ke rumah meninggalkan kegiatan. Ibu sudah terduduk bersandar di kursi..tubuhnya lemas dan berkeringat, nafasnya agak berat. Dokter memeriksa kondisinya...sesak nafas ini sudah sering terjadi akhir-akhir ini. Terhitung dari bulan maret ibu mulai sesak nafas. Tapi kali ini tampaknya ibu harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan bantuan oksigen. Tanpa berfikir panjang dan membawa perlengkapan kami langsung bawa ibu dengan mobil dr baig. 

Setiba di rumah sakit dan mendapatkan pemeriksaan di IGD. Ibu langsung ditangani dengan cepat, dilakukan rekam jantung EKG dan ronsen. Dari EKG tampak ada pembengkakan dijantung, sumbatan pembuluh darah ke jantung secara parsial, begitu dokter menjelaskan. Dari ronsen tampak berbayang putih dan bercak. Dokter mencurigai adanya kuman. Untuk observasi lebih lanjut dengan kondisi ibu, ibu harus diopname...kami tidak terfikir kondisi ibu sudah pada tahap ini. Berarti ini bukan hal yang biasa lagi....


Hari-hari di rumah sakit, cukup mengharu biru. Ibu yang biasa 'strong' harus rela menggunakan kateter, infus dll. Sungguh saya dan ibu tidak membayangkan hal ini, cairan harus dikontrol. Ibu hanya pasrah....

Pemeriksaan, obat dan kehadiran kawan-kawan membuat ibu lebih baik..apalagi kehadiran saudara buleknya ibu "Eyang Ir",  yang kami temukan dirantau.

Para sahabat teman halaqah ngaji ibu
Eyang ir..saya berjumpa beliau ketika masih TK. Subhanallah ibu makin semangat...

Pemeriksaan ibu berlanjut dihandle oleh dua dokter, dokter penyakit dalam  dan dokter paru. Kedua dokter yang sangat perhatian dan penyayang.. ada satu pemeriksaan yang belum tuntas yaitu memeriksa dahak ibu. Ditunggu-tunggu dahak tidak kunjung ada...hingga akhirnya kami diijinkan pulang dan pemeriksaan dahak dilanjutkan di rumah dan dibawa ke lab...

5 September 2018

Going home, lega juga boleh pulang. Dada ibu sudah tidak nyeri dan sesak. Tapi PR nya kami harus mengantar dahak ibu keesokan harinya di Lab. Dan melanjutkan kontrol dengan dokter paru. Kami biarkan ibu menikmati harinya lepas dari kateter, infus dan lain-lain. Walau tetep hrs minum obat jalan dan kontrol. Untuk menjaga ibu agar tidak terlalu lelah, kami minta bude siti yang biasa membantu di rumah. Untuk standby setiap hari, yang biasanya cuma 2 x seminggu datangnya. Siang hari..kami smpatkan pulang ke rumah untuk cek ibu, sudah makan belum, sudah minum obat belum??

Hari..hari berlalu dan mulai normal kembali, ibu mulai merajut dan mengikuti kajian halaqah yang disukainya...
Kamipun mulai aktif kembali dalam kegiatan dakwah dan sekolah...

Sampai...hari yang tidak terduga itu datang lagi..seperti mimpi buruk buat kami semua...tepat dua minggu dari sakit ibu yang sesak nafas dulu

15 September 2018

Pulang dari kegiatan habis magrib, saya mencari ibu. Tampak ibu tertidur habis sholat magrib. Oh, mungkin kelelahan fikir saya. Kami lanjutkan kegiatan mengurus rumah dan anak-anak. Sampai isya' ibu masih tertidur pulas, karena memang hari ini kegiatan ibu cukup padat mengaji di desa paloh. Sekitar jam 20.00 an malam..ibu terbangun sholat dan ikut makan malam bersama kami. Setelah selesai berberes saya masuk kamar dan merebahkan diri, untuk menunaikan hak tubuh yang sudah penat dalam kegiatan seharian di sekolah, klinik dan lain-lain. Tiba-tiba mbak indy mengetuk pintu...
"Bulik, mbah minta dikerok", katanya dibalik pintu.

Ok,...ibu memang punya kebiasaan kerokan kalau ga enak badan dengan balsem favoritnya. Tugas kerokan sudah selesai, dilanjutkan menidurkan sikecil. Ibu diruang tengah ditemani indi dan mas dhony. Tiba-tiba ibu meraih tangan mas dhony, sambil berkata...
"Maafin Ibu ya mas...Maafin!", dengan suara bergetar dan nampak risau.
Mas dhony menanggapi dengan rileks dan tenang,
 "Tidak ada apa-apa ibu ga perlu minta maaf".
 Saya menangkap ada yang tidak wajar, akhirnya saya minta mas dhony baca do'a ruqyah sambil memeluk bahu ibu untuk ditenangkan. Al Qur'an adalah syifa, semoga ketenangan mendengarkan bacaan Qur'an membuat ibu tidak gelisah lagi.

Beberapa menit kemudian,.... reaksi ibu sangat aktif. Seperti kesakitan, berontak dan nafasnya tersengal-sengal. Untuk duduk tidak bisa tenang, berdiri dan ambruk lagi begitu terus. Mas dhony meminta saya menghubungi dokter, untuk meminta saran. Beliau sarankan ibu segera dibawake IGD untuk mendampatkan bantuan oksigen...

Waktu menunjukkan jam 22.00, kami telpon tetangga dan suaminya untuk mengantar ibu. Dengan tanpa membawa perlengkapan kami larikan ibu yang sudah kepayahan dan dingin sekujur tubuhnya di IGD.

EKG dan Oksigen ibu di IGD..

Alangkah kagetnya kami....setelah dokter memeriksa dengan intensif, tidak ada perubahan dengan bantuan oksigen. Karena paru-paru ibu sudah penuh dengan cairan...jantungpun sudah lemah memompa. Oksigen hanya 50 % yang masuk ke tubuh ibu. Kulitnya sangat dingin berkeringat dan pucat. Ibu terus gelisah dan kesakitan. Dengan kondisi ibu...ibu harus segera masuk ICU untuk mendapatkan pertolongan nafas dengan Ventilator...

"Deg...ICU...!!!" tubuh saya terasa lemas. Separah inikah kndisinya??? Dokter menyampaikan tidak ada pilihan lain, ibu tidak bisa bernafas jadi harus dibantu selang dari mulutnya ke paru-paru untuk bisa bernafas. Dan sekaligus mengeluarkan cairan...namun ada resiko dalam pemasangan alat tersebut...saya tergugu, mengabarkan kepada kakak2. Meminta mas dhony mengambil alih komando dengan berkordinasi dengan kakak...

Mas dhony memutuskan untuk segera mengikuti arahan dokter, karena sudah 4 jam dari waktu sesak ibu, kondisinya tidak membaik....kalau dibiarkan akan membahayakan jiwa ibu juga...

Jam 02.30...akhirnya kami susuri koridor mengiringi ibu dibawa ke ICU...ya Allah seperti mimpi...
 Beruntung banyak sahabat dokter yang memberikan penjelasan dan membantu dengan cepat penanganan ibu.... terimakasih dokter, dan seluruh perawat....

16 September

Semenitpun...saya tidak bisa memejamkan mata. Teringat beberapa tahun lalu saya berpelukan dengan sahabat didepan pintu ICU, menyaksikan sahabat saya ada yang koma dan sedang ditangani intensif. Menyaksikan anak-anaknya yang kecil saling berpegangan tangan dengan raut wajah yang tak bisa dilukiskan...sedih, takut, was-was..dan harap-harap cemas....

Dokter...keluar dari ruang ICU dan tersenyum,...menyampaikan bahwa pemasangan alatnya lancar..


Saya sampaikan ke para perawat di ICU untuk tidak mengatakan bahwa ini adalah ruang ICU. Ibu trauma dengan 'kepergian' Bapak di ruang ICU dua tahun lalu. Alat-alat yang hampir sama di tubuh bapak dulu, sekarang ada bersama ibu...

Ya Rabbi....isakan tak lagi terdengar, hanya aliran bening yang deras. Saya tidak mampu untuk sekedar mengeluhkan pd Allah. Terbayang sketsa kebersamaan dengan ibu, kesibukan beliau, kesukaan beliau dengan masak-memasak, rajutan, manik-manik...betapa banyak agenda yang beliau bicarakan ingin dilakukannya...

Ibu pasti takut...ibu pasti cemas..dengan ruang sunyi dan bunyi alat yang menegangkan..saya minta ijin pada perawat untuk boleh tilawah di samping ibu....berganti-gantian dengan mas dhony ketika sholat. 

17 Sept 2018

Ibu....sudah mulai sadar...iya...ibu ketakutan dan tidak korperatif dengan alat. Raut wajahnya cemas dan tidak suka. Dokter dengan sabar mengunjungi ibu, memeriksa perkembangannya dan berdialog. Mereka juga berbagi motivasi dan do'a. Teman-teman ngaji, tetangga dan sekolah hilir mudik bergantian menjenguk ibu dan mendoakan....




Hari ini tekanan darah ibu, oksigen, HB, gula sudah mulai ada peningkatan tertera dalam monitor. Namun dokter mencari penyebab dari semua kondisi ibu, dan mencurigai ada indikasi gangguan dengan ginjal ibu. 

18 Sept 2018 

Alat ventilator mulai dicabut, selang makan dari hidung juga. Dari observasi ibu memiliki catatan gula darah dan ginjal. Diagnosis awal, ginjal ibu menyebabkan jantung lemah dan akhirnya paru-paru terendam cairan. Selanjutnya pemeriksaan ditambahkan dengan dokter penyakit dalam.


ventilatornya sudah dicabut..
Dan...dokter penyakit dalam sudah visit, secara keseluruhan cairan ibu diparu-paru sebagian besar sudah dikeluarkan, jantung mulai membaik dan nyeri berkurang. Yang kurang baik adalah ginjalnya uriumnya 160...dokter mendiagnosis kalau kondisi ibu termasuk  gagal ginjal akut awal..karena hal inilah kinerja jantung melemah, sehingga cairan naik ke paru..dokter berusaha menurunkan kadar urium / racun dalam ginjal dengan suntikan insulin terlebih dahulu...


Ibu..positif gagal ginjal akut tahap awal, kerusakan ginjalnya kata dokter 50 % ini yang membuat jantung dan paru-paru ibu bermasalah. Sudah dicoba denan obat-obatan tapi uriumnya masih tinggi 117 idealnya 15.

Jadi, ibu harus cuci darah...hal yang tidak pernah ibu atau kami fikirkan sama sekali. Kalau ibu kami akan menjadi salah satu pasien cuci darah...ya Allah...ya Qowiy...kuatkan ibuku...

Cuci darah Ibu

Ibu tidak kooperatif, berontak sehingga selang untuk mengambil darah ibu goyang. Akibatnya mjd membengkak..dan tidak bs dilanjutkan lagi..padahal waktu 52 menit. Untuk tahap awal dokter meminta 2 jam dulu... ibu sangat tidak nyaman, bahkan menangis...

akhirnya cuci darah hari ini terhenti dan ibu kembali ke ruang ICU nya... esok akan diulang lagi HD nya....

19 September

Atas motivasi dokter dan anak-anak jg teman-teman, ibu bersedia memasuki ruang HD lagi dan di cuci darah melalui lengan satunya..

'Drama' dmulai...ibu mulai mengeluh tidak nyaman...kami sepakat memegang tangan dan kaki ibu biar tidak bergerak...untuk mengusir jenuh kami bw speaker murattal yg ad juga rekaman ceramah. Ternyata belum mampu mengusir kepanikan ibu... kami video call teman dan saudara2 ibu. satu jam berlalu...satu jam berikutnya ibu mulai merintih dan memanggil bapak..memarahi perawat dan tak henti-hentinya bertanya, berapa menit lagi???



3 jam waktu HD yang diminta tidak terpenuhi...tapi ada penurunan dari kadar urium dan kratiennya, walau tidak significan...kami tetap optimis pasti kadar racun itu bisa turun.

dari Ruang HD ibu tidak kembali ke ruang ICU...melainkan dipindahkan ke ruang perawatan..

Alhamdulillah di ruang perawatan ibu lebih tenang...dari suara mesin ventilator dan teman2nya yang 5 hari ini akrab sm ibu. Walau speaker murattal 24 jam di ICU tetap tidak bisa mengalihkan suara mesin tersebut. 

Persiapan cuci darah yang ke-3 esok hari...pembuluh darah ibu di lengan sudah tidak bisa karena membengkak. Kami harus mencari alat CDL (Chateter Double Lumen), alat tersebut akan dipasang ke dada ibu menuju k jantung untuk pengambilan darahnya. Karena di rumah sakit stok sedang kosong, kita harus mencari di Pekanbaru. Alhamdulillah berkat bantuan dokter dan saudara di pekanbaru, alat tersebut bisa dikirim esok paginya, dan jadwal HD siang bisa dilakukan.

CDL yang dicari-cari
Alhamdulillah sudah dapat, penuh perjuangan




20 September

Cuci darah yang ke-3, Ibu dibawa ke ruang bedah untuk pemasangan alat CDL sebelum Cuci Darah. Dokter yang menangani ibu di ICU sebelumnya yang akan memasang alatnya, dan ibu dibius. Kami antarkan ibu sampai di depan pintu kamar bedah. Pada tahap ini kami bersyukur berada di rumah sakit ini, para sahabat yang bekerja di sini memberikan bantuan dan perhatiannya dengan penuh pada ibu. Terimakasih semuanya...tak bisa kami sebutkan satu persatu..Allah yang akan membalas kebaikannya...

Dari Ruang Bedah, Ibu langsung dibawa ke Ruang HD untuk cuci darah. Belajar dari yang sebelumnya...kami lebih 'heboh' membawa perlengkapan dari mulai speaker qur'an, minuman, makanan untuk ibu, dan juga..setumpuk koreksian ulangan siswa yang harus saya selesaikan. Kalau-kalau situasi aman,...bisalah nyambi ngoreksi sambil nemenin ibu....

Satu jam diawal ibu korperatif...bisa geser tubuhnya ke kanan kiri. Sayapun bisa mengoreksi dapat 5 berkas. Satu jam berikutnya ibu mulai merintih lagi dengan iba...dan menanyakan kapan selesai. Dokter memberi target minimal 3 jam.... tensi ibu mulai turun, perawat memberikan teh hangat dan snack sehat untuk menguatkan fisik ibu...dalam proses HD tensi tidak boleh dibawah 100. 

Perjuangan cuci darah ke-3 dihentikan pada 2 jam 25 menit. Karena tensi ibu drop ke 55 pantas badan ibu dingin dan ibu mengeluh lemas...Ibu hebat...alhamdulillah ada penurunan lagi kratien dan uriumnya..walau tetap tidak banyak...tapi ini membuat kami lebih optimis...

Kembali ke ruangan pasca HD ibu selalu merasa gelisah, lemas, badan tidak enak. Dipijit salah..duduk miring, bangun gelisah sekali. Tidak bisa tidur...
Menghiburnya untuk mengganti rintihan dengan istighfar dan istighfar hingga  ibu bisa tertidur..(tapi tetap tidak mempan). Akhirnya terpaksa lapor perawat dan diberikan tindakan obat tidur dari dokter..ibu juga merasa nyeri dari alat CDL, pinggang dan perutnya..

Ya Allah ya syifa...sembuhkan ibuuu....

21 September
Perjuangan ibu 3 hari berturut-turut HD membuat beliau makin lelah, dan stress. Ibu belum bisa menerima terapi HD dan mengeluhkannya...kateter, infus menjadi sasaran ibu makin tidak nyaman semua yang ada di rumah sakit.

Melihat psikis ibu..dokter mengijinkan ibu untu dibawa pulang, agar ibu bisa beristirahat dulu dengan tenang. Untuk HD dilanjutkan langsung dari poli dan rawat jalan. Melihat pertimbangan itu, kami membawa ibu pulang dengan harapan kebaikan untuk ibu.

Mengharukan melihat ibu berpisah dari teman sekamarnya, yang mengganggap ibu seperti kakak. Sungguh, banyak saudara baru yang kami dapatkan dan tentunya kasihs ayang teman2 semua pada ibu juga sangat berharga buat ibu...


Ibu dan Ibu Ani sahabat sekamarnya
Pulang kerumah, lega untuk sesaat...

Bercengkerama dengan anak cucunya...membuat ibu lebih tenang sesaat.

Namun, hal yang tidak kami prediksikan adalah rasa tubuh ibu dan keluhan2 beliau serta bagaimana cara mengatasinya. Semalaman ibu tidak bisa tidur, tubuhnya terus bergerak dibawa jalan untuk mengusir rasa sakit yang dirasakannya.

22 September

Ibu makin butuh perhatian, sehari bisa 2-3 memangil bude yang biasa urut untuk mengurut beliau. Belum lagi minta dikerok dan sebagainya...

Baru kami sadari..kami masih sangat membutuhkan tenaga medis untuk merawat ibu 24 jam. Dan kami harus belajar cepat memahami kondisi ibu..beruntung para dokter sahabat kami bisa berkonsultasi melalui seluler.

23 September
Ibu makin kesakitan, keluhannya makin memilukan, beliau pukul2 tubuhnya. Kami tergugu bingung apa yang harus kami lakukan, akhirnya kami minta dokter sahabat kami k rumah habis shubuh untuk melihat kondisi ibu. Beliau menyarankan ibu mendapat obat pereda nyeri...langsung beliau buat resepnya. Sambil menunggu apotik buka..ibu dirumah sudah makin ga tahan, sampai mau membenturkan kepalanya ke dinding. Ya Allah ya rabbi....

Setelah obat pereda dimasukkan, ibu agak tenang. Dan meminta saya memanggil sahabat yang biasa mengerik ibu...karena masih pagi sahabat tersebut belum bisa datang.

Daaan....saaat saya sedang dliuar, kakak mandi, dan ponakan mengerjakan tugas sekolahnya. Ibu diam-diam keluar dari rumah menuju rumahs ahabat saya yang pandai kerokan. Semua sibuk dan panik mencari ibu..

Akhirnya suami menemukan ibu di jalan menuju rumah sahabat tersebut...

Allah ya karim...kesabaran kami diuji, menghadapi ketidaksabaran ibu dalam proses pengobatannya. pernah tengah malam beliau memanggil sahabat yang biasa mengurut tanpa melihat waktu lagi..

24 September
Kami putuskan kembali ke Rumah sakit...masuk melalui poli penyakit dalam dan HD di siang hari. Mas-mas yang menunggu ibu karena saya sudah harus mulai bekerja. Durasi waktu yang ibu jalani lebih optimal walau masih belum mencapai target.


25 September 
Hasil dari HD24 september kami dapatkan hari ini, suami langsung mengantri ke poli untuk konsultasi.


Dari data diatas uriumnya mengalami peningkatan namun kratiennya turun. Setelah konsultasi ke poli dengan dokter..beliau menyatakan bahwa ibu harus cuci darah permanen. walau intervalnya yang diatur.. pada titik ini mata kami mulai berembun..membayangkan cuci darah permanen...

Akhirnya kami cari second opinion ke rumah sakit terkemuka di pekanbaru untuk dokter spesialis ginjal dari referensi beberapa sahabat. Siang itu juga kami cari pinjaman mobil dan membawa ibu ke pekanbaru. 

Ibu langsung ditangani dokter spesialis, dan memerikasa ulang semua hasil lab di rumah sakit tersebut.

Daaaan....jelang magrib, dokter menatap kami dengan pandangan sendu. Bahwa ibu memang harus cuci darah..dari pemriksaan lab racun di ginjal ibu malah meningkat...ibu harus ikhlas dan rela menerima terapi cuci darah diobservasi selama 3 bulan dulu....

Urieum ibu meningkat drastis ke angka 137 dan creatine 3.42, dokter bilang ibu harus 3 x cuci darah seminggu. kalium ibu juga tinggi sehingga tidak dianjurkan makan buah-buahan dulu...



Ini adalah dokter ginjal ke-3 yang memberikan diagnosis sama dengan dokter2 terdahulu. Sebenranya kami berharap ada jalan lain selain cuci darah untuk ibu...

Jadi..ibu yang sering gelisah, bahkan berhalusinasi ada almarhum bapak datang...karena sebagian pengaruh racun di ginjal ibu yang tidak tersaring lagi...ya Allah...ya syifa ..Allah yang maha penyembuh...sembuhkankan ibu kami...angkatlah penyakitnya..kembalikan keceriaan hari-harinya yang produktif dan penuh kemanfaatan...



26 September

Menu ibu hari ini...ikan nila bumbu kuning yang dimasak dengan pan, no oil. Sayur bening gambas dan sledri dan kudapan buah pepaya. Semoga ibu sukaa. Menu diet ibu...no sugar. Ibu tampak lebih kurus dan cekung. Kami berharap hari-hari indah ibu segera kembali. Kalaupun kita tidak bisa segera merubah keadaan sama seperti dulu. Ibu bisa tetap 'enjoy' dalam kondisi ini. Menikmati waktunya, kebersamaan dengan cucu2 yang disayanginya.

Terimakasih pada para sahabat, saudara dirantau yang menjaga putri2 kami ketika kami harus menginap di RS. Yang tak lelah mensupport dan mendoakan. Juga keluarga besar sekolah tempat kami mengajar atas dukunan dan bantuannya, serta yang memberi ruang lapang untuk  kami merawat ibu.Tetangga, teman-teman halaqah, wali murid, atas semua dukungan dan doanya.

Daan...kakak2ku...mas-mas dan mbak..kita harus terus berjuang ya. Tidak ada kata menyerah, satu kalimat untuk kita semua: "Birrul walidain". Terimakasih selalu ada dan bersama2 merawat ibu.

Keluarga besar dimanapun berada...atas doa dan motivasinya. Semoga Allah pertemukan kembali dalam keadaa sehat wal afiat. Aamiin


Untuk ibuku....

Semoga sakit ini menjadi penggugur dosa
Bentuk kasih sayang Allah

Semoga ibu sabar
dan tetap semangat

Allah yang menyembuhkan...
Allah sayang sama ibu...



** melihatnya...hanya bisa memberikan semangat dalam optimisme, insya allah ibu pasti sembuh. Menyembunyikan tangisan ini dibalik tembok rumah sakit..dan sajadah di mushala...langit masihlah sama..masih dunia yang sama..harapan pasti tetap ada selama doa dan ikhtiar tetap kita lakukan.

** belajar menyusun menu sehat untuk ibu

** belajar menyelami rasa sakit ibu dan memberikan pertolongan

** belajar mendengarkan keluhan ibu

** belajar...dan belajaaar....

** mohon maaf ibu, jika belum bisa merawat ibu dengan baik


Siak, 27 September 2018
Putri Ibu, Nisa

Insya Allah ibu akan kembali sehat....banyak hal ingin kita lakukan bersama bukan???

6 komentar:

  1. Ya ALLAH ya syifa sembuhkanlah ibu mb.nisa,,berikan mu'jizatMU agar ibu mb nisa sehat dan ceria seperti yang mb nisa harapkan..sembuhkanlah ibu mb nisa.berikanlah kesabaran, keiklashan dan kekuatan mbah untuk menjalankan prawatan.amin yarabbalalamin😘😘😘😇

    BalasHapus
  2. Bingung,mau bilang apa,melihat ibuk jd ingat 4 bln detik terakhir bersama bpk,doa kami selalu tk ibuk yg cerdas,inovatif,smoga bisa ikhlas dg terapi apapun yg dijalani,dan tk b.nisa sekeluarga juga semoga selalu diberi kesabaran tk bisa mwrawat ibuk dan melihat perkmbangan ibuk,hanya pd Alloh kita menyembah,memohon,dan hanya Allohlah yg bisa mberi pertolongan Alloh,semua yg kita lalui adalah krn atas izin Alloh

    BalasHapus
  3. Tuliskan rencana , luapan perasaan seindah mungkin. berikanlah penghapusnya hanya pada Allah.... semuanya pasti ingin berjalan dg baik, antara hak dan kewajiban. Diantara duka ada bahagia, antara sakit ada sehat. Tetaplah semangat karena itu syurgamu, Mumpung masih ada waktu penuhilah keinginannya, berbahagialah dg kasih sayangnya. karena semua akan terasa ketika sdh tiada. ....bu Annisa bisa....

    BalasHapus
  4. Smga mbah cpt sembuh dan bisa pulih lg seperti dlu.. we love mbah

    BalasHapus
  5. Ibu...berpulang hari ini selasa jam 05.00 (sekitar wkt shubuh) 18 juni 2019..

    BalasHapus
  6. Ibukuuuuu....aku mencintaimu...

    BalasHapus