Selasa, 03 Februari 2009

Sebuah senja bersama Bu efi

Sore itu, sepulang sekolah saya pergi ke gramedia untuk berburu buku berdiskon, kebetulan gramedia sedang ada obral buku sampai 70 %. Momen ini harus dimanfaatkan dengan baik. Benar saja, asal kita jeli ada buku-buku best seller dulunya yang sekarang di obral. Disana saya bertemu bu efi, beliau adalah staf bendahara yayasan, namun sekarang beliau mengundurkan diri karena ingin fokus mengurus keluarga. Kamipun saling menyapa, dan saya langsung turun untuk belanja di swalayan.
Selesai belanja, hujan dengan derasnya mengguyur diluar. Wah subhanallah….itu berarti saya harus berdiam dulu menanti reda. Secara kebetulan saya kembali bertemu bu efi, beliau sudah selesai belanja buku. Wah saya ingat beliau biasanya bawa mobil, kenapa tidak numpang aja. Ide bagus…!
“ Ibu, bawa mobil kan…?” , tanya saya.
“ Iya bu nisa. Bu nisa mau bareng ?”, jawab beliau dengan tanggap.
“ Iya kalau boleh…?
“ Wah boleh banget, tapi saya mau ke Makro dulu belanja untuk jualan besok..mau ikut dulu ke makro ? “ , Ajak beliau dengan ramah.
“ Ya sudah, asal tidak mengganggu…boleh, dari pada saya berdiri menanti hujan reda disini, sekalian saya belum pernah ke makro, bisa cek harga he he.”
Akhirnya kamipun meluncur menuju makro meruya. Sore ini menjadi sangat berkesan, ketika kita saling bertukar fikiran. Saya gali ilmu-ilmu dari beliau. Subhanallah ibu yang terlihat sporty dan energik ini, ternyata pintar memasak dan menjahit. Padahal dilihat sekilas tidak ada tampilan feminis dan kata-kata lembut dari beliau. Bu efi selalu ceria, to the point kalo bicara.

Setelah beliau memutuskan keluar dari kerja kantor dan fokus pada keluarga, hal pertama yang dilakukan adalah mengurus anaknya yang bernama anis untuk terapi. Anis termasuk anak autis. Bu efi memutuskan memberikan terapi full pada anis dengan tanggannya sendiri. Perubahan demi perubahanpun terjadi, yang dulu anis tidak bisa mandi sendiri sekarang bisa, yang dulunya anis cuek main sendiri, sekarang dia mengikuti les piano untuk melatih konsentrasinya. Dengan kebanggaan seorang ibu, bu efi bertutur..” bu nisa, anis sekarang sudah bisa memainkan sebuah lagu…”. Sebuah lagu tampak sederhana jika dilakukan anak yang normal, tapi buat anis ini adalah kemajuan yang luar biasa. Dan semua melalui tangan seorang ibu yang tulus. Dalam hati kecil, saya berdo’a ..” Ya Allah, berilah kasihmu dan sembuhkan anis….”. Saya ingin melihat binar bahagia bu efi ketika suatu saat nanti, anis bisa kembali ke dunia nyata menjadi anak yang tumbuh sesuai dunianya.

Pelajaran yang saya gali dari beliau belum selesai,……sampai makro ibu yang gesit inipun meraih troly besar. Beliaupun meraih barang-barang yang dibutuhkan untuk keperluan membuat spagety. Ternyata, setiap hari beliau bangun jam 2 malam membuat spgeti untuk dijual. Subhanallah. Itu berarti waktu sepertiga malam beliau awali dengan sholat malam. Sedang saya, saya lebih sering tertidur dngan pulas dari pada bangun menegakkan sholat. Yang membuat salut lagi, sebenarnya tidak ada yang kurang dari kehidupan bu efi, beliau sudah cukup memiliki rumah, kendaraan dan suami yang mempunyai perusahaan property. Kemana-mana diantar mobil. Tapi masih mau bangun malam untuk membuat kue agar bisa dijual. Dan ternyata yang menjual adalah anak-anak beliau sendiri, disekolah masing-masing. Subhanallah.
Beliau memutuskan membekali anak bukan dengan uang jajan tapi dagangan, agar anak-anak belajar bagaimana susah mencari uang. Agar mereka bisa menghargai uang, dan tidak menghambur-hamburkannya. Apalagi anak-anak beliau laki-laki semua. Alhasil, anak-anak itu mempunyai hasil dari jualan yang laris manis. Bahkan bisa menabung. Dan bu efi ? ….beliau bisa memenuhi kebutuhan harian tanpa meminta uang dari suaminya. Karena kue yang dibuat enak dan berkualitas, akhirnya banyak pesanan berdatangan, dari orang tua murid anaknya di Labschool untuk acara arisan dll, dan teman-teman suaminya di kantor.

Makin menyelami sosok bu efi, saya jadi makin terpana. Pun ketika beliau bilang dengan senang hati memasak aneka makanan yang lezat untuk anak dan suami. Ini adalah cara untuk membahagiakan mereka. Ketika dengan total dari pagi hingga malam dia mengurus semua kebutuhan suami dan anaknya, dengan ringan beliau bilang, “ini adalah ibadah bu nis….tak ada yang berat. Justru saya sekarang tambah bahagia. Walau saya tidak berkarir di luar, tapi saya masih bisa menghasilkan pendapatan juga,” ucap beliau sembari tersenyum lembut.
Saya jadi malu…..saya bersyukur Allah mempertemukan kami sore itu, dan menjadikannya hari itu penuh pelajaran. Saya bertekad untuk kembali belajar memasak, dan menjahit. Kodrat sebagai wanita, yang akhir-akhir ini saya sering nomor duakan karena dalih kesibukan mengajar dan kuliah. Sehingga hidangan untuk suami hanya ala kadarnya, bahkan sering membeli. Padahal saya tahu betul, wajah suami saya akan sangat berbinar ketika saya bisa memasakkan untukknya. Membuatkan bekal untuk makan siang dikantor. Maaf ya suamiku.
Ternyata, menjadi wanita itu indah. Banyak sekali ilmu-ilmu yang bisa kita pelajari. Dan kesulitan apapun, akan terpecahkan dengan kesungguhan belajar dan berusaha. Sore itu memang hujan terus menerus sampai malam, tapi hati ini terasa lapang dan bahagia. Thanks bu efi untuk, sebuah senja yang indah…..!

Jakarta hujan ( 02 feb 09 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar