Selasa, 03 Februari 2009

Wah, Ibu galak ya ?

“ Anak-anak yang tenaaaang ya…! Bu guru mau bicara niii….” ! teriakku dengan kesal menghadapi keributan di kelas.

Ternyata teriakan itu belum mempan, akhirnya ku tambah volumenya menjadi . Aha…anak-anak terdiam. Namun suasana menjadi tegang. Mereka mencuri pandang padaku. Ooohhh apakah wajahku yang manis telah berubah menjadi sosok yang menakutkan untuk mereka.

Ah, aku tak ambil peduli. Yang terpenting aku bisa mejelaskan tugas hari ini, dengan tuntas tanpa aku harus mengulang-ulang. Yup, tapi ada apa dengan hatiku…kok aku ikut tegang. Ah sudahlah, masih banyak tugas menanti, silabus, lessonplan, dan KKM harus segera dkumpulkan. Aku biarkan anak-anak mencoba menyelesaikan tugasnya sendiri. Aku jadi lupa untuk berkeliling, mencari tahu anak yang belum bisa mengerjakan/ tidak paham. Aku sibuk menghadapi komputerku sendiri.

Sampai suatu saat, dipertengahan tugas. Aku lihat ada anak yang masih terdiam menghadapi komputernya. Bukannya mendekati, dengan lembut. Aku berteriak dari jauh dan memarahinya. Si anak itu terdiam dan terduduk kuyu. Aku baru tersadar akan kekeliruanku ketika ada anak lain yang menyeletuk,….”huh Bu guru kok Galak sih….”. seketika tubuhku yang panas langsung dingin….

Aku malu sekali,…..telah lepas kendali menjadi seorang guru yang baik, yang pengertian dan selalu memilih kata yang tepat saat bicara. Ternyata, walau sudah sering ikut pelatihan tentang pengasuhan dan pendidikan anak tidak menjamin guru-guru dikelas sabar. Buktinya ….aku masih lost control. Astagfirullah…semoga yang lain tidak…..

Saya bersyukur, waktu itu ada anak yang berani menegur sikap saya. Saya jadi ngeri jika membayangkan menjadi murid-murid, ketika mereka dimarahi. Mereka memang akan terdiam, tapi memory mereka menyimpannya. Bahkan ada yang menyimpannya sampai dewasa. Ya Allah……..Astagfirullah hal Adziiim.

Makin saya sadari, ternyata tidak mudah menjadi seorang guru. Seorang guru yang tidak pernah melukai perasaan murid-muridnya. Yang selalu lembut dan santun ketika mengingatkan. Sudah banyak contoh yang bisa kita ambil, dari bu muslimah gurunya andrea hirata, dari sikecil toto chan yang semangat belajar di gerbong kereta. Lalu apakah kita bisa menjadi guru kebanggaan murid-murid kita ?

Mari kita jawab dengan jujur. Dari hasil meneliti diri sendiri, saya akan mudah marah dan emosi ketika ruhiyah dan kehidupan spiritual saya kendor. Harusnya tiap pagi, selesai dhuha dan baca qur’an selalu ingat…ingat….dampak kata-kata yang diucapkan guru akan menjadi penentu. Murid kita jadi orang baik…atau jahat. Saya jadi makin merinding….ya Allah jika saya menyakiti hati murid…maka dirinya akan menyimpan kesedihan itu…..

Jadi,…guru ya jangan sungkan ucapkan maaf…jika kita khilaf…seperti kita mengajarkan pada murid kita untuk senantiasa meminta maaf saat berselisih pendapat. Agar teman-teman tidak mengalami kisah seperti saya, ditegur seorang murid karena dinilai galak he he he…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar