Senin, 25 Mei 2009

Entrepreneur Sekolah

Dimanakah kita bisa belajar entrepreneur ? berwira usaha dengan trampil dan berani. Jawabannya adalah di sekolah kami. Memang, entrepreneur sendiri belum masuk menjadi bagian kurikulum sekolah. Namun, kami para guru terlah memulainya. Yah, dengan semangat kami memulai dan ‘memaksa’ diri untuk menciptakan peluang.
Dalam kondisi terbatas dalam ekonomi membuat kami berfikir untuk melakukan terobosan. Tentu mengharapkan gaji dari guru, itu tidaklah cukup. Mengingat banyaknya kebutuhan hidup yang harus dipenuhi, bea sekolah anak, membayar kontrakan, cicilan motor, belum lagi jika anak sakit dan sebagainya.
Cara cerdas untuk mengatasi masalah ini hanya dengan mengoptimalkan ikhtiar. Dulu sebelum mencoba dunia usaha, saya selalu kas bon di akhir-akhir bulan. Karena tidak adanya pemasukan lain. Namun alhamdulillah Allah menunjukkan jalan, dengan sedikit kreatifitas kami membuka usaha on air kami…Toko Herbal On air. Kenapa On air ? karena modal kami hanya lembaran catalog barang dan harga, kemudian no telp kami. Dan kami akan mengirimkan pesanan, lewat telepon langsung ke pemesan. Untuk itu kami bekerja sama dengan toko-toko herbal yang sudah besar, berdasar dari referensi teman. Ketika ada pesanan, baru kami ambil barang di toko, lalu kami antar. Hmmm kreatif bukan…? Kami tidak perlu sewa toko…modal kami hanyalah kertas dan telepon.
Dengan memanfaatkan jaringan yang luas di sekolah, guru-guru dan orang tua murid. Pelan namun terasa usaha kami tetap eksis sampai sekarang. Setelah beberapa saat, kami mulai berani mengajak teman untuk menginvestasikan modalnya pada kami. Akhirnya kami membuka toko herbal dan klinik bekam. Apakah kami berhasil ? hmmm ternyata peluang yang kami tangkap tidak sepenuhnya prosepektif. Dengan membuka toko…kami harus mengeluarkan dana untuk sewa, stok barang, dan membayar karyawan. Apalagi kami tidak ada yang focus mengurus toko..saya dan suami tetap mengajar. Akhirnya pengeluaran toko jauh lebih besar dari pendapatan. Kamipun terus menumpuk hutang.
Yah, kami belajar banyak dari jatuh bangun dibisnis ini. Kami pun mulai melirik bisnis on line. Berjualan lewat internet. Selain kami tidak usah sewa tempat, dan stok barang, serta membayar karyawan untuk menjaga toko. Bisnis on line mulai marak, kita akan temukan pembeli-pembeli aktif yang memang mencari barang yang mereka butuhkan. Bukan pembeli ‘pasif’ yang sekedar iseng tanpa tujuan.
Sekarang hampir seluruh kebutuhan teman-teman akan herbal, kami yang penuhi. Tidak hanya dari kalangan para guru, orangtua murid, pasien-pasien kami dan relasinya. Menjadikan herbal konsumsi wajib mereka. Alhamdulillah
Hal yang sangat membahagiakan adalah sekarang di sekolah kami makin banyak ‘pengusaha-pengusaha’, ada Pak mana sang pengusaha batik, Bu dina ‘penjual’ coklat silverqueen harga pabrik, Vivi yang melirik usaha snack kering dan sering jadi sponsor acara rapat ( snack nya diborong untuk konsumsi…..). Selain itu…ada pengusaha pulsa mbak wati, sekaligus jualan roti buaya yang laris manis. Ada ibu suminar yang melirik bisnis gelang mutiara. Hmmm laris manis juga. Oh ya ada neng upi, ‘juragan’ gamis dan fashion. Ada pak ibud yang menggunakan marketing lewat brosur untuk jualan buku murah. Belum lagi uni anti yang menjadi agen Tupper ware, siap melayani pesanan, yang bersaing dengan Tullipware-nya neng dede. Dan dengan bergabungnya mbak liza, sebagai guru Qur’an juga menguatkan jaringan penguasaha abata. Beliau siap menjual kerudung lucu untuk para balita.
Subhanallah…adakah nama pengusaha abata yang belum kami sebut ? oh tentu ada…sekarang disekolah kami sudah berdiri koperasi. Ada porduk andalan pampers murah yang di distribusikan oleh guru-guru sendiri.
Hmmm…berjuta peluang akan selalu hadir sobat..guruku…dan kita tidak akan terjebak lagi pada lubang kemiskinan terus menerus, saatnya bangkit dan ‘memulai’..sekarang juga !
Ya guru …ya entrepreneur ..Siapa takut !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar