Senin, 25 Mei 2009

Yang pergi dan yang kembali

Pagi itu terlihat berbeda di sekolah kami, ada tenda dan panggung dipelataran sekolah. Itu tandanya, sekolah kami sedang mempunyai hajat. Ya,…hajat tasyakuran akhir tahun untuk siswa kelas 6 angkatan pertama. Beberapa bulan terakhir, seluruh siswa sudah mempersiapkan kreasi seni untuk ditampilkan pada acara tasyakuran. Semua semangat. Dan panitia sibuk mencari sponsor untuk mendukung sukesnya acara.
Sie bazaar tengah sibuk mengatur peserta bazaar, semua bekerja pada posisinya masing-masing. Tasyakuran ini menjadi ‘perayaan’ keberhasilan siswa angkatan pertama sekolah kami, yang bisa lulus 100 % dengan nilai memuaskan. Bu hani dan pak ridlo guru wali kelas 6, terlihat tersenyum lega. Mereka lebih banyak berdiam diri. Entah apa yang mereka pikirkan, yang pasti…terlihat sorot mata penuh keharuan terbias jelas. Yah…karena setelah acara ini, sudah tunai tugas mereka mengawal anak-anak menuju gerbang berikutnya. Proses belajar bersama siswa telah menyiratkan banyak makna kehidupan, sedih, senang berpadu menjadi simphony yang sulit dilupakan.
Bu hani menjadi wali kelas 6 putri, beliau telah mengajar dari sejak berdirinya sekolah kami sampai sekarang. Seorang guru yang santun, lembut dan lebih banyak berkutat pada penyiapan pembelajaran anak-anak, dari pada sibuk memikirkan hak kesejahteraan sebagai guru yang belum tuntas diberikan padanya setelah hampir 8 tahun mengabdi. Sikapnya yang sedikit bicara dan tekun, menginspirasi saya. Dalam menambah pembelajaran anak-anak beliau sediakan internet on line dirumahnya, yang sehari-hari hanya digunakan untuk menambah wawasannya sebagai guru.
Profil berikutnya adalah pak ridlo, beliau adalah guru yang inovatif dan kreatif. Sikapnya yang santai, rileks, banyak bercanda. Membuat anak-anak nyaman berada didekatnya. Namun walau begitu secara kompetensi ilmu, beliau bisa mengajarkan anak-anak ilmu matematikanya dengan menyenangkan dan mudah dipahami. Suatu saat, diadakan tes kompetensi guru UASBN dari diknas dan pak ridlo berhasil menempati rangking pertama, mengerjakan soal matematika 100 % benar.
Guru sukses berikutnya adalah Bu eha. Bu eha mengajar bahasa Indonesia. Jika mengenang beliau, sangat luar biasa. Seorang guru yang belum banyak pengalaman dan masih duduk dibangku kuliah semester 2. Namun dia mendapatkan kesempatan untuk mengajar, mengisi kekosongon guru bahsa Indonesia yang waktu itu susah dicari. Awal beliau masuk, banyak menuai protes anak-anak, karena metodologi pengajaran yang belum matang dan satu arah. Tapi saya salut, dengan cepat bu eha belajar untuk memperbaiki pola pengajaranannya, hingga sekarang dia berhasil mengantarkan anak-anaknya sukses dalam ujian. Dan ketika mendengar komentar anak-anak sekarang, mereka sudah tidak jenuh lagi belajar bahkan mulai sayang sama Bu eha.
Bu hani, pak ridlo dan bu eha, mereka adalah team sukses yang telah ‘sukses’ mengantarkan anak-anak mempunyai masa depan yang cerah. Perayaan tasyakuran ini, menjadi hujan airmata. Keharuan yang dalam menyeruak kerelung hati, terasa sikap kami para guru, kesalahan, kemarahan…yang pasti menimbulkan kesedihan pada siswa. Terbayang sudah…foto pembelajaran bersama mereka.
“ Nak,…..sungguh kami …belajar lebih banyak dari kalian….arti kesabaran dan pengorbanan…maafkan kami, belum bisa menjadi guru terbaikmu…..”, lirih hati dalam sedu.
Selamat jalan ananda….raih masa depanmu…ambillah bintang-bintang dilangit….jangan takut tanganmu tak sampai….karena kalian mempunyai kemampuan untuk mengambilnya….yakinlah dan berusahalah….jadikan Allah sebaik-baik penerang dan pelindungmu.
Yah..acara tasyakuran..memang sudah berakhir…dan hampir 1 tahun kalian pergi. Namun….subhanallah..kalian masih terus kembali, fitri, jihada, mada, vidi…sepulang sekolah sering mampir dan berdiskusi dengan para guru. Faris dan fahmi yang sudah di pondok pesantern gontor, selalu datang ketika liburan. Darda, hanif dkk, yang masih sering main bola disekolah ketika libur dari pesantren. Dan banyak nama yang tak tertuang…tapi kalian ada dan kembali buat kami. Ternyata kami tak kan pernah kehilangan……hal yang membuat saya bahagia, dimanapun kalian masih sering bertanya masalah pleajaran / masalah remaja kalian lewat telpon, chatting ….ternyata kalian memang benar-benar tidak sepenuhnya ‘pergi’, kalian tetap ‘kembali’.
Thanks my dears…we love u All

First generation of ABATA, 2007-2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar